Tokoh Konservasi Raja Ampat, Kristian Thebu, Berpulang
Almarhum Kristian Thebu selalu resah dengan ancaman kerusakan alam di Papua.
Om Kris di bawa ke Rumah Sakit Sele Be Solu, Sorong, Papua Barat Daya, karena mengeluhkan sakit, Minggu siang. Setelah dokter mendiagnosis penyakit jantung pada dirinya, ia pun di masukkan ke ruang perawatan intensif (ICU). Inisiator pembentukan Forum Intelektual Muda Suku Maya tersebut mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 21.05 WIT.
Om Kris bekerja sebagai Raja Ampat Program Manager Konservasi Indonesia sejak 1 Januari 2022. Gagasannya dalam pengelolaan laut berkelanjutan membuat bapak tiga anak itu di undang di acara Kongres Kawasan Konservasi Laut Internasional Kelima (IMPAC5) di Vancouver, Kanada, pada Februari 2023.
Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia Meizani Irmadhiany menuturkan, di kenalnya Raja Ampat sebagai model konservasi perairan terbaik dan pusat pariwisata berkelanjutan di bangun dari mimpi dan perjuangan masyarakat di tingkat tapak yang di pimpin oleh Om Kris. Hal ini di kuatkan dengan kemitraan di tingkat nasional, regional, hingga global.
Menurut Meizani, banyak orang telah mendengar keindahan perairan dan alam Raja Ampat yang memiliki keanekaragaman hayati. Bahkan, tidak sedikit yang menjuluki kawasan itu sebagai serpihan surga yang jatuh ke Bumi.
”Akan tetapi, tidak banyak yang sadar perjuangan yang di perlukan untuk mentransformasi jalur perkembangan itu. Sebab, sekitar dua dekade lalu, pembalakan liar dan praktik pengeboman untuk menangkap ikan masih marak di lakukan di sana. Kemiskinan dan opsi penghidupan yang terbatas menimbulkan insentif negatif bagi masyarakat yang berada di daerah untuk melakukan praktik yang merusak lingkungan,” katanya melalui keterangan tertulis, Senin (4/3/2024).
Baca juga: El Nino Melemah
Pekerja keras
Vice President, Marine, Asia-Pacific Field Division Conservation International Mark Erdmann mengakui besarnya dedikasi Om Kris untuk Tanah Papua. Ia menyebut almarhum sebagai salah satu pelestari lingkungan yang paling bersemangat, pekerja keras, dan efektif.
”Tidak di ragukan lagi, beliau adalah contoh terbaik dari pendekatan yang kami buat untuk inisiatif konservasi kami di Raja Ampat pada awal 2000-an. Dengan memilih pemimpin adat yang kuat, yang meskipun secara umum tidak memiliki pendidikan formal atau bahkan kemampuan dasar bahasa Inggris, tetapi memiliki komitmen yang mendalam dan seumur hidup kepada masyarakat Papua dan alam tempat mereka bergantung,” ujarnya.
Dalam beberapa kali obrolan dengan Kompas, Om Kris selalu resah dengan ancaman kerusakan hutan dan laut di Papua. Menurut dia, keterlibatan warga secara aktif menjadi kunci utama dalam melestarikan lingkungan guna mendukung kehidupan orang Papua.
Saat bertemu dengan Kompas, Juli 2023, ia menyebutkan, kehidupan masyarakat adat di Tanah Papua bergantung pada hutan dan laut. ”Harus punya komitmen kuat untuk menjaga hutan dan laut. Generasi sekarang jangan meninggalkan air mata, tetapi wariskanlah mata air. Caranya, dengan melindungi hutan dan laut agar terus memberikan manfaat untuk generasi berikutnya,” ujarnya. Selamat jalan, Om Kris….